News

Kabar Duka Keluarga Aktivis: Balita Ahmad Rifai Menderita Tumor Perut, Butuh Bantuan Kita


Allahu Akbar!! Betapa berat ujian ananda Aseh Ahmad Rifai ini. Usianya yang masih balita 18 bulan, namun ujiannya jauh melebihi beban orang dewasa berusia 81 tahun sekalipun.

Kondisi putra bungsu dari lima bersaudara pasangan Toharudin dan Nining ini sangat memprihatinkan. Perutnya membesar melebihi besar tubuhnya, sehingga ia hanya bisa tergolek. Yah, tumor ganas perut di perutnya, merenggut kebahagiaan Rifai, sehingga ia tak bisa bermain, bercanda dan beraktivitas ria seperti layaknya balita lain seusianya.

Nesatapa ini  bermula sekitar empat bulan lalu. Saat itu perut Rifai di sebelah kanan mengalami benjolan sebesar kepalan tangan orang dewasa. Dengan bekal uang yang sangat minim, Kang Tohar, ayahnya, membawa Rifai ke sebuah rumah sakit pemerintah di Jakarta. Usai diperiksa biopsy, Rifai bukannya sembuh, tapi benjolannya makin membesar dengan cepat.

Subhanallah!! Meski berprofesi sebagai penjual ketoprak di terminal Damri Sentul, Bogor yang penghasilannya tidak seberapa besar, Kang Tohar tetap optimis untuk mencari pengobatan guna kesembuhan buah hatinya. Saat itu ia menggunakan Jamkesda (jaminan kesehatan daerah) untuk biaya pengobatan anaknya  agar tidak memerlukan biaya pengobatan  di rumah  sakit pemerintah.

Namun tak ada yang benar-benar gratis di republik ini. Selama perawatan, tak sedikit obat-obatan mahal yang harus dibeli dari luar rumah sakit. Belum biaya transportasi dan biaya hidup selama menunggu di rumah sakit ibukota yang tak mau kompromi.

Sementara koceknya sudah kekeringan, laba penjualan ketoprak jauh melebihi beban biaya pengobatan. Boro-boro untuk menebus obat mahal, untuk biaya makan sehari-hari saja Kang Tohar kelimpungan!!

Dengan berat hati, setelah opname selama sebulan, akhirnya Kang Tohar membawa Rifai pulang ke rumahnya untuk menempuh pengobatan alternatif herbal sekedarnya, sembari berpasrah kepada Allah Ta’ala. Karena sudah sebulan ia tidak jualan ketoprak untuk menunggu Rifai di rumah sakit. “Maafkan ayah Nak. Ayah tahu ujianmu sangat berat. Namun ayah tak sanggup membiayai pengobatan dan menunggumu di rumah sakit. Ayah harus kerja keras untuk memenuhi kebutuhan empat kakakmu di rumah,” jeritnya dalam hati.

Jelang Ramadhan, Rifai diboyong pulang dengan meninggalkan hutang jutaan rupiah. Entah kapan Kang Tohir bisa melunasi hutang ini dari hasil jualan ketopraknya?

SUDAH JATUH, KETIMPA TANGGA, DITIPU LSM PULA!!

Suatu ketika, derita ananda Rifai tercium beberapa LSM yang bergerak di bidang sosial dan pengobatan gratis. Mereka pun berbondong-bondong datang ke rumah di kawasan Sentul Bogor. Tak lupa mereka wawancara dan mengambali banyak foto Rifai yang sedang terbaring dengan perut segentongnya.

Tak lama muncul berita di situs resmi sebuah LSM bahwa mereka melakukan penggalangan dana untuk mengcover seluruh biaya pengobatan Rifai hingga sembuh. Terpampang pula di sana foto-toto Rifai yang sangat mengenaskan.

Suatu hari orang tua Rifai dipanggil ke kantor LSM tersebut, diberi santunan Rp 300.000 dengan menandatangani sebuah akad.

Lha, kok? Mana dana 300 ribu mana cukup untuk biaya pengobatan tumor hingga sembuh? Ketika beberapa mahasiswa mengkomplain LSM tersebut, buru-buru berita penggalangan dana di situs resminya dihapus. Waduh..!!

Di tengah himpitan kesulitan, muncul harapan baru. Awal September lalu, derita Ananda Rifai tercium kader Muhammadiyah dari Universitas Hamka. Mereka pun melakukan penggalangan dana pengobatan. Bahkan dengan tanpa pamrih, mereka mengawal nyali Kang Tohar untuk melanjutkan pengobatan Chemotherapy ananda Rifa’i yang sempat tertunda.

Support dana pun digalang para generasi muda muslim ini untuk melunasi hutang pengobatan agar kembali diterima masuk ruang perawatan di RS Fatmawati Jakarta. Salah satu upayanya adalah bermitra dengan Infaq Dakwah Club (IDC) voa-islam untuk penggalangan dana.

Tim IDC pun bergegas meluncur ke RS Fatmawati untuk verifikasi penggalangan dana. Tim IDC bertemu langsung dengan Teh Nining, ibunda Ahmad Rifai. Sementara Kang Tohir sedang mengurus administrasi biaya obat-obatan.

“Berapa kali kemotherapi yang harus dijalani ananda Rifai sampai sembuh Bu?” tanya kang Tohar kepada seorang perawat.

“Tidak tentu Pak, bisa 9 sampai 12 kali bahkan lebih. Tergantung perkembangan dan respon dari tubuh pasien,” jawab suster menjelaskan.

“Terimakasih Bu,” ujar Kang Tohar dengan muka tertunduk lesu sambil menatap nota pembayaran obat-obatan kemotherapi. Tertera di sana angka Rp 4.751.800,-

...Kalau sekali kemoterapi butuh biaya 5 jutaan. Berarti 12 kemoterapi butuh biaya 60 juta? Ya Robbi, darimana hamba dapatkan dana sebesar itu?...

“Kalau sekali kemoterapi butuh biaya 5 jutaan. Berarti 12 kemoterapi butuh biaya 60 juta? Ya Robbi, darimana hamba dapatkan dana sebesar itu? Sedangkan untuk memenuhi biaya keluarga setiap hari saja hamba masih keteteran?” ujarnya dalam hati.

Meski bebannya terlalu berat, Kang Tohar dan Teh Nining tetap bersabar. Diiringi doa yang tiada henti, shalat khusyuk dan berbagai amalan shalih, mereka berharap agar Allah Ta’ala memberikan jalan keluar dan kesembuhan kepada buah hatinya.

Murah senyum dan sikapnya yang sangat ramah tetap dilakukan saat bertugas menjual ketoprak, tak peduli di hatinya sedang berkecamuk sejuta problema. Tak heran bila di tempat mangkalnya, Kang Tohar sangat disenangi para pelanggannya.

Meski miskin harta, Kang Tohar adalah ayah yang kaya iman dengan sejuta problema. Segala ujian dan takdir Allah diterimanya dengan lapang dada, dengan keyakinan bahwa sesudah kesulitan pasti ada kemudahan, dan segala cobaan itu pasti sesuai kadar kemampuannya. “La yukallifullohu nafsan illa wus’aha. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya,” demikian ayat yang sering didengarnya dalam khutbah Jum’at.

NYATAKAN KEIMANAN, DERITA MEREKA ADALAH KESEDIHAN KITA JUGA!!

Apabila kita bayangkan, bagaimana jika ananda Ahmad Rifai adalah anak, saudara, atau keluarga kita? Rasulullah SAW mengajarkan bahwa setiap umat beriman itu bersaudara seperti satu jasad yang utuh.

“Orang-orang mukmin itu bagaikan seorang manusia yang satu. Jika kepalanya terasa sakit, maka seluruh badannya pun ikut merasakan demam dan tidak bisa tidur” (Muttafaq ‘Alaih).

Duka umat Islam adalah duka kita semua. Derita mereka harus kita rasakanjuga, dan kebahagiaan kita harus bisa mereka rasakan juga. Mari bantu saudara kita yang tertimpa musibah, insya Allah kita akan mendatangkan barakah dan kemudahan  di dunia dan akhirat. Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barang siapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat...” (HR Muslim).

Bagi kaum muslimin yang terpanggil untuk membantu meringankan beban derita untuk pengobatan ananda Ahmad Rifai, bisa menyalurkan donasi melalui program DINAR (Dana Infaq Darurat) IDC:

  1. Bank Muamalat Indonesia (BMI),  No.Rek. 0132465841   a/n Budi Haryanto
  2. Bank Syariah Mandiri (BSM),  No.Rek: 0120043587   a/n Budi Haryanto
  3. Bank Mandiri, No.Rek: 0060006012623  a/n Budi Haryanto
  4. BCA (Bank Central Asia),  No.Rek: 6310230497  a/n Budi Haryanto

CATATAN:

  1. Demi kedisiplinan amanah dan untuk memudahkan penyaluran agar tidak bercampur dengan dana lainnya, silahkan tambahkan nominal Rp 3.000 (tiga ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.003.000,- Rp 503.000,- Rp 203.000,- Rp 103.000,-dan seterusnya.
  2. Bila biaya pengobatan Ahmad Rifai sudah tercukupi, maka donasi dialihkan untuk program Dana Infaq Darurat (DINAR) lainnya.
  3. Laporan penyaluran dana akan disampaikan secara online di: idc.voa-islam.com.
  4. Info dan konfirmasi: Mumtaz (08999.704050).