News

Hijrah Memeluk Islam, Muallaf Calon Dokter Diterpa Banyak Ujian. Ayo Bantu Biaya Kuliah.!!


.

Sejak beralih meninggalkan Kristen, Maria terbuang dari keluarga besar dengan berbagai tuduhan dan fitnah keji dari korban provokasi hingga kena guna-guna. Lulus SMA, muallaf belia ini merantau ke Jawa Timur mengejar cita-cita menjadi dokter. Tanpa dukungan apapun dari keluarga, ia butuh biaya besar untuk menuntaskan studi ilmu kedokteran Gigi. Ayo Bantu..!!

 

PALOPO, Infaq Dakwah Center (IDC) – Natal Bagi umat kristiani adalah kebahagiaan yang sangat tinggi dan berkesan. Suka cita Natal bisa dilihat dari gegap gempita di gereja, rumah, pusat-pusat perbelanjaan dan dunia online.

Desain Selamat Natal, warna hijau merah simbol Sinterklas, krans Natal, pohon Natal, topi dan sepatu Santa Claus (Sinterklas) dan pernak-pernik Natal lainnya begitu meriah. Berbagai bingkisan untuk tukar kado, hiasan rumah dengan daun holly, mistletoe dan pohon Natal, menjadi suka cita yang selalu dinantikan oleh umat kristiani.

Tapi bulan Desember 2019 ini Maria absen dari segala tradisi yang berasal dari paganistik itu. Sejak mendapat hidayah Ilahi memeluk Islam tahun 2017 silam, kini hati dan jiwanya merindukan bulan suci Ramadhan, bukan Natal. Maria fokus pendalaman Islam dan studi ilmu kedokteran Gigi di perantauan Malang Jawa Timur.

REMAJA kelahiran Palopo ini dibesarkan dalam keluarga Kristen Protestan yang fanatik. Setelah dilahirkan 19 tahun silam, Maria diboyong kedua orang tuanya merantau ke tanah Borneo. Di sana ia bersama keluarga aktif di salah satu gereja anggota PGI Jemaat Samarinda.

Mengikuti didikan orang tuanya, Maria aktif dalam berbagai kegiatan gereja. “Kedua orang tua saya dulu adalah orang yang taat dalam menjalankan ibadah sebagai seorang Kristiani. Terutama dari keluarga ayah saya, kebanyakan mereka adalah para penginjil atau pendeta,” ujar Maria kepada Relawan IDC (15/5/2019).

Tak heran bila doktrin tuhan trinitas/tritunggal, penyaliban Yesus dan penebusan dosa benar-benar terpatri di kepalanya. Salah satu yang mendarah daging adalah amanat agung Yesus yang diyakini sebagai pondasi doktrin trinitas: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Matius 28:19).

Belakangan diketahui ternyata ayat amanat agung ini bukan ucapan Yesus, melainkan ayat sisipan. Hugh J Schonfield, nominator pemenang Hadiah Nobel tahun 1959, mengungkapkan kepalsuan ayat ini dalam bukunya:

“This (Matthew 28:15) would appear to be the end of the Gospel (of Matthew). What follows (Matthew 28:16-20) from the nature of what is said, would then be a latter addition” (The Original New Testament, p. 124).

(Ayat ini (Matius 28:15) nampak sebagai penutup Injil (Matius). Dengan demikian, ayat-ayat selanjutnya (Matius 28:16-20), dari kandungan isinya, nampak sebagai (ayat-ayat) yang baru ditambahkan kemudian).

Robert Funk, Professor Ilmu Perjanjian Baru Universitas Harvard, lebih tegas lagi memastikan kepalsuan ayat ini dalam bukunya:

“The great commission in Matthew 28:18-20 have been created by the individual evangelist… reflect the evangelist idea of launching a world mission of the church. Jesus probably had no idea of launching a world mission and certainly was not the institution builder. (It is) not reflect direct instruction from Jesus” (The Five Gospels, p. 35).

(Perintah utama dalam Matius 28:18-20 diciptakan oleh para penginjil… memperlihatkan ide untuk menyebarkan ajaran Kristen ke seluruh dunia. Yesus sangat mungkin tidak memiliki ide untuk mengajarkan ajarannya ke seluruh dunia dan (Yesus) sudah pasti bukan pendiri lembaga ini (agama Kristen). (Ayat ini) tidak menggambarkan perintah yang diucapkan Yesus).

...Keadaan saya terasa sangat berat karena usaha ibu saya sudah bangkrut. Sedangkan ayah saat tahu saya sudah tidak lagi Kristen, sama sekali tidak mau membiayai kuliah saya...

DIBESARKAN DALAM KELUARGA BESAR AKTIVIS GEREJA

Di tengah perjalanan, badai konflik menerpa biduk rumah tangga kristiani yang dibina kedua orang tuanya, hingga terjadilah perceraian. Sebagai anak yang masih bergantung kepada kedua orang tua, Maria sangat terpukul dengan perceraian ayah dan ibunya. Betapa sedihnya ketika harus memilih ikut ayah atau ibu, lalu harus berpisah dengan salah satu di antara mereka.

Namun tak disangka, insiden yang memilukan itu justru menjadi titik balik fundamental dalam hidup Maria dan sang ibunda. Usai bercerai dengan suami, sang ibu mengembangkan usaha salon kecantikan. Di lingkungan yang baru, pintu hidayah membuka hati ibunda untuk memeluk Islam. Setahun kemudian Maria menerima hidayah Ilahi, mengikuti jejak keislaman sang bunda.

“Waktu itu saya sering melihat ibu saya beribadah, belajar mengaji, dan rajin shalat tahajud. Tapi saat itu  pintu hati saya belum terketuk untuk memeluk agama Islam,” kenang Maria.

Keajaiban terjadi ketika memasuki bulan suci Ramadhan tahun 2017. Maria mendapat ilham melalui mimpi dituntun seseorang untuk memeluk Islam. Maria pun mengikrarkan dua kalimat syahadat pada 10 Juni 2017 di Masjid Djami’ Tua Palopo, Sulawesi Selatan. 

“Saat memasuki bulan Ramadhan dua tahun lalu, di suatu malam saya mendapat sebuah mimpi ada seseorang yang menasihati saya, ‘Bila sudah mengetahui suatu jalan yang lurus dan benar, mengapa kamu tidak mengikuti jalan itu?’ Keesokan harinya, diantar ibu saya mengantar saya ke masjid dan mengucapkan dua kalimat syahadat. Alhamdulillah sejak saat itu saya pun resmi menjadi seorang Muslim,” paparnya.

HIJRAH MEMELUK ISLAM, UJIAN DATANG BERTUBI-TUBI

Tak mudah bagi Maria menjalani hidup sebagai seorang Muslimah di tengah keluarga besar penganut kristiani. Banyak penolakan dan penentangan atas pilihan hidup yang dijalaninya saat itu. Berbagai fitnah pun bermunculan dari tuduhan pindah agama karena diguna-guna, dihasut, dan sebagainya.

“Banyak keluarga saya itu menentang dan menuduh bahwa saya masuk Islam karena dihasut orang, padahal itu adalah pilihan saya sendiri. Bahkan saya dituduh menjadi muallaf karena kena guna-guna. Namun ibu saya menguatkan, kalau sudah memilih dan yakin saya harus menerima apapun resiko ke depannya,” tuturnya.

Di balik kesulitan, pasti ada kemudahan. Semua beban mental dihadapi Maria dengan sepenuh tawakkal kepada Allah. Berbagai penghiburan pun lahir berkat kesabarannya.

Usai lulus SMA, berkat doa, ikhtiar, kerja keras dan kecerdasannya Maria lolos seleksi masuk Universitas Brawijaya Malang Jawa Timur melalui jalur prestasi. Tak tanggung-tanggung, Maria diterima di Fakultas Kedokteran Gigi yang menjadi incaran banyak orang.

Maria pun bersyukur, ia tercatat menjadi salah satu mahasiswi di universitas negeri dan bergengsi itu. Maria bersemangat belajar untuk mengejar cita-cita menjadi dokter, obsesi yang didambakan sejak kecil agar bisa melayani umat dan mengabdikan diri kepada Tuhan.

Namun perjalanan mengasah ilmu di bangku kuliah tidaklah mulus. Ujian kembali datang. Usaha salon milik ibunya gulung tikar sehingga tidak bisa membiayai keperluan kuliah. Jangankan untuk membayar biaya kuliah di yang relatif tinggi, untuk makan sehari-hari dan membayar kos saja ia tak mampu.

“Keadaan saya terasa sangat berat, karena usaha ibu saya sudah bangkrut. Dan ayah saya saat tahu saya sudah tidak lagi Kristen, sama sekali tidak mau membiayai kuliah saya,” tutur Maria.

DIHUJAT NAIK DERAJAT, TAK AKAN MENYESAL JADI MUALLAF..!!

Melihat Maria kesulitan berat dan ibunya jatuh terpuruk, keluarga besar Maria bukannya membantu, mendukung dan meringankan, tetapi malah menjauh seraya menghujat dengan sumpah serapah. Mereka menuding semua musibah ini terjadi karena Maria dan ibunya kena tulah gara-gara meninggalkan Kristus.

“Saudara-saudara dari ibu saya mengatakan bahwa kami semua menjadi hancur seperti ini karena pilihan menjadi Muslimah. Mereka menghina-hina saya yang saat ini berjuang untuk menjadi seorang dokter. Keluarga besar saya tidak mau mensupport saya. Membiarkan saya, bahkan meninggalkan saya. Di sini saat saya kesusahan, tidak ada keluarga yang mau membantu dan tidak ada yang peduli,” tutur Maria berurai air mata. 

Namun Maria masih beruntung, ketika dirundung ujian berat, ada teman-teman sesama mahasiswi yang menguatkan. Untuk keperluan kuliah dan biaya hidup, ia disupport Yayasan Infaq Dakwah Center (IDC). Untuk membantu pertumbuhan iman, IDC bekerjasama dengan beberapa ustadzah untuk membina aqidah, ibadah dan wawasan Islam.Maria pun terharu dengan kepedulian dan solidaritas sesama Muslim.

“Hal ini tidak menjadi halangan buat saya, karena masih banyak orang-orang di sekitar saya sesama Muslim yang mau membantu saya. Karena alasan ini saya tidak pernah menyesal menjadi seorang muallaf,” ungkapnya.

Maria pun banyak merenungi dan muhasabah atas ujian yang datang bertubi-tubi. Karena saat ujian hidup datang, bisikan keragu-raguan sempat menghantui. Alhamdulillah ia tetap tegar dengan penguatan dari kawan-kawan komunitas Muslimah.

“Ketika saya memutuskan menjadi seorang Muslimah, mengapa Allah malah memberikan cobaan yang begitu berat kepada saya? Dari situ saya terus belajar, ketika Allah memberikan beban yang berat, saya yakin suatu cobaan tidak mungkin melebihi batas kemampuan saya. Ketika saya percaya itu, pertolongan Allah selalu datang dan apapun yang saya jalani selalu bisa saya lewati,” jelasnya.

Maria optimis ia mampu mengatasi ujian hidup dan badai pasti berlalu. Karena Allah tidak akan menguji seorang hamba di luar batas kemampuannya: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya...” (Qs Al-Baqarah 286).

AYO BANTU WUJUDKAN CITA-CITA MENJADI DOKTER

Pasca hijrah menjadi seorang muallaf, Maria ingin membuktikan bahwa dalam Islam ada kedamaian, kesuksesan dan masa depan yang cerah. Ia ingin membuktikan kepada keluarga besar yang meremehkan dan menghujat eksistensi kemuallafan dirinya. Di Universitas Brawijaya Malang, ia ingin menggapai cita-cita menjadi seorang dokter yang sukses. Dengan profesi ini ia ingin mendarmabaktikan untuk umat, berbakti kepada orang tua dan untuk perjuangan fisabilillah.

Namun biaya keperluan kuliah kedokteran gigi begitu besar. Selama dicover IDC, kebutuhan dana satu bulan mencapai sekitar 7 juta rupiah.

“Kuliah di kedokteran Gigi banyak sekali praktikum yang membutuhkan banyak biaya untuk membeli alat-alat praktik, buku dan untuk perkuliahan yang lain. Di sini setiap bulan kisarannya saya membutuhkan dana tujuh juta rupiah. Saya berharap kepada donatur IDC bisa membantu saya hingga saya bisa lulus menjadi seorang sarjana kedokteran atau seorang dokter yang bisa membantu masyarakat Muslim yang lain,” harapnya.

SANGAT BERHAK MENDAPAT ZAKAT SEBAGAI MUALLAF DAN FI SABILLAH

Ustadz KH Masyhud SM, pakar kristologi internasional dari Lembaga Dakwah Khusus (LDK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, memberi dukungan penuh kepada Maria. Ia menyebut Maria sebagai mahasiswi muallaf yang istiqamah, cerdas dan berprestasi.

Menurutnya, Maria adalah mustahiq yang sangat berhak mendapatkan zakat dari kaum Muslimin. Dari 8 asnaf zakat, Maria termasuk 2 kriteria mustahiq karena statusnya yang Muallaf dan Fisabilillah.

إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ ۖ فَرِيضَةً مِّنَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekaan) budak, orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana” (At-Taubah 60).

Dengan status mahasiswi yang membutuhkan beasiswa kuliah, Maria berhak menerima zakat karena digolongkan sebagai “fisabilillah” sebagaimana fatwa MUI Kep- 120/MUI/II/1996.

“Saudari Maria ini perlu mendapat bantuan dari saudara-saudara Muslim. Menurut fatwa MUI tahun 1996, bahwa orang yang sedang menuntut itu termasuk fi sabillah. Berarti saudari Maria ini berhak menerima zakat karena sebagai muallaf, dan juga berhak menerima zakat karana dia sebagai fi sabillah,” urainya.       

Karenanya, Ustadz Masyhud mengimbau kaum Muslimin untuk menunaikan kewajiban infaq dan zakatnya untuk membantu Maria menuntaskan studinya.

“Kami mengimbau saudara-saudara sesama Muslim untuk membantu saudari Maria ini melalui program Zakat Cerdas IDC. Mudah-mudahan saudari Maria ini senantiasa mendapatkan hidayah, lindungan, ampunan serta bimbingan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala,” pungkasnya.

Donasi untuk membantu biaya kuliah muallaf Maria bisa disalurkan dalam program INFAQ CERDAS IDC:

  1. Bank Muamalat, No.Rek: 34.7000.3005 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  2. Bank BNI Syariah, No.Rek: 293.985.605 a.n: Infaq Dakwah Center.
  3. Bank Mandiri Syari’ah (BSM), No.Rek: 7050.888.422 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  4. Bank Bukopin Syariah, No.Rek: 880.218.4108 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  5. Bank BTN Syariah, No.Rek: 712.307.1539 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  6. Bank Mega Syariah, No.Rek: 1000.154.176 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  7. Bank Mandiri, No.Rek: 156.000.728.7289 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  8. Bank BRI, No.Rek: 0139.0100.1736.302 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  9. Bank CIMB Niaga, No.Rek: 80011.6699.300 a.n Yayasan Infak Dakwah Center.
  10. Bank BCA, No.Rek: 631.0230.497 a.n Budi Haryanto (Bendahara IDC).

CATATAN:

  • Demi kedisiplinan amanah dan untuk memudahkan penyaluran agar tidak bercampur dengan program lainnya, tambahkan nominal Rp 2.000 (dua ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.002.000,- Rp 502.000,- Rp 202.000,- Rp 102.000,- 52.000,- dan seterusnya.
  • Laporan penyaluran dana akan disampaikan secara online di: infaqDakwahCenter.com.
  • Bila biaya sudah tercukupi/selesai, maka donasi dialihkan untuk program IDC lainnya.

 

BERITA TERKAIT: