News
Sopir Pesantren Tahfizh Al-Qur'an Magelang Digerogoti Tumor Usus. Ayo Bantu..!!
.
Sungguh berat ujian penyakit yang diderita Budi Haryanto (56). Mantan preman yang kini menjadi sopir Pesantren Tahfiz Quran di Magelang ini tergolek lemah di tempat tidurnya. Ia tak bisa lagi mengantar jemput santri dan mengawal para ustadz dalam kafilah dakwah keluar kota. Tubuhnya lunglai digerogoti tumor usus stadium 4. Hingga dua kali operasi pengangkatan tumor, ia sudah kehilangan usus halusnya sepanjang 70 centimeter. Untuk pengobatan lanjutan, ia butuh biaya transport dan obat-obatan dalam kemoterapi yang dijadwalkan sebanyak 12 kali.
MAGELANG, Infaq Dakwah Center (IDC) – Sungguh berat ujian penyakit yang diderita Budi Haryanto (56). Sopir Pondok Pesantren Tahfizul Quran An-Nahl Magelang ini tergolek lemah di tempat tidur rumahnya, di desa Gowak Grabag Magelang, Jawa Tengah. Pak Yanto, tak bisa lagi antar jemput santri, ustadz dan para guru pesantren. Tubuhnya lunglai karena menderita tumor usus stadium 4.
Di perutnya terdapat lubang usus yang menyembul keluar sebagai jalan pembuangan feses (tinja), yang setiap detik terus mengeluarkan kotoran. Ia pun harus membersihkan sendiri di pembaringannya dengan tissu untuk membuang kotoran tersebut. Jika waktu shalat tiba, ia lebih repot lagi karena harus menahan dan menutup dengan gelas plastik agar tidak keluar dan menjadi najis.
Awalnya, tahun 2017 silam, Pak Yanto sering buang air besar (BAB) tak henti-hentinya. Saat diperiksa dokter spesialis, ternyata terdeteksi ada tumor besar yang bersarang di dalam ususnya sehingga sangat mengganggu alat pencernaan.
Innalillah wainna ilaihi roji’uun.!! Bak disambar petir di siang bolong, Pak Yanto yang belum lama hijrah menjadi aktivis Islam itu kaget bukan kepalang. Ia merasa ujian Allah begitu dekat.
Berbekal dana seadanya Pak Yanto berangkat ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara Angkatan Darat (RSPAUAD) Hardjolukito Yogyakarta. Ia pun menjalani operasi pengangkatan tumor seberat 1.600 gram. Biaya sebesar 28 juta rupiah ditanggung penuh oleh BPJS. Namun berbagai obat dan keperluan yang tidak ditanggung BPJS harus ditanggung sendiri, sungguh memberatkan baginya.
Enam bulan pasca operasi, Pak Yanto kembali dilarikan ke RS Hardjolukito Yogyakarta untuk menjalani operasi pemotongan usus yang mengalami pengecilan rektum. Berselang tiga bulan berikutnya, Pak Yanto kembali menjalani operasi pembesaran saluran pembuangan (anus).
Beberapa bulan kemudian, tumor Pak Yanto tumbuh makin ganas dan cepat membesar. Ia pun menjalani operasi pengangkatan tumor seberat 2 kilogram pada 6 Februari 2019.
Dari dua kali operasi pengangkatan tumor usus tersebut, Pak Yanto sudah kehilangan usus halusnya sepanjang 70 centimeter.
Menurut Agung Maryanto, dokter yang menangani operasi, usus Pak Yanto sudah diangkat semua untuk dibersihkan total. Tak hanya itu, anusnya juga dibersihkan karena tumbuh tumor yang menjalar di sini.
Untuk proses penyembuhan tumornya, Pak Yanto harus menjalani kemoterapi hingga 12 kali. Sampai berita ini ditulis, ia sudah menjalani empat kali kemoterapi. Selasa siang (16/7/2019), Relawan Ambulans IDC membawa Pak Yanto ke RS Hardjolukito Yogyakarta untuk menjalani kemoterapi yang keempat.
Meski ujian penyakitnya begitu berat, namun Pak Yanto tetap tegar, ceria dan makin rajin beribadah. Saat dibesuk Relawan IDC, ia menyambut begitu ramah dan sumringah. Jari tangannya memegang tasbih, bibirnya tak henti-hentinya melantunkan zikir dan istighfar. Hanya ibadah, zikir dan istigfar itulah penguat iman dan ketegaran hidupnya.
"Mari mas silahkan masuk. Maaf ya mas, begini ini kondisi saya. Ini kotoran saya harus bersihkan setiap saat. Kalau mau shalat itu, ya Allah, saya harus persiapkan betul biar tidak keluar," ujarnya kepada Kang Sedyo.
...Digerogoti tumor usus stadium 4, ia sudah dua kali operasi pengangkatan tumor dan kehilangan usus halusnya sepanjang 70 centimeter...
UZUR MENCARI NAFKAH, KINI TERBEBANI BIAYA OBAT DAN TRANSPORTASI
Menderita tumor usus yang ganas, kini Pak Yanto tak bisa bekerja mencari nafkah lagi. Hari-harinya dihabiskan di atas kasur kusam dalam kamarnya. Tak ada aktivitas selain kecuali membersihkan kotoran yang terus-menerus keluar dari perutnya.
Aktivitas unggulannya saat ini adalah shalat, ibadah, berzikir dan introspeksi diri. Setiap dosa-dosanya di masa jahiliyah, ayah dua anak ini kerap menangis. Waktu mudanya, dihabiskan bersama para preman di terminal dan pasar. Potret kehidupan yang keras terus ia jalani hingga tua.
Singkat cerita, Aslamiyah (51), sang istri mulai aktif mengaji di Masjid Umar Bin Khatthab, tak jauh dari terminal Magelang. Lambat laun, Pak Yanto pun mengikuti istrinya, berhijrah dan alih profesi menjadi sopir di pesantren.
Untuk proses penyembuhan tumornya, Pak Yanto yang kini tidak punya mata pencaharian, harus menjalani kemoterapi hingga 12 kali. Sayangnya, proses kemoterapi tidak berjalan mulus karena terkendala biaya. Sekali kemoterapi, ia harus menyiapkan dana sekitar dua juta rupiah untuk menyewa mobil, biaya bensin, membeli obat, akomodasi dan lain-lain.
Dengan demikian, total biaya untuk kemoterapi selama 12 kali itu memerlukan dana sekitar 24 juta rupiah. Alhamdulillah, untuk tahap awal, IDC sudah membantu biaya berobat sebesar 6 juta rupiah.
Dalam kondisi uzur bekerja, biaya itu sungguh berat bagi Pak Yanto. Tulang punggung keluarga saat ini hanyalah dari upah sang istri sebagai buruh masak sebesar 600 ribu rupiah perbulan. Nominal ini hanya pas-pasan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
SOPIR HEBAT DAN IKHLAS ANDALAN PESANTREN
Di mata ustadz, guru, dan para santri Pesantren An-Nahl Magelang, Pak Yanto adalah sopir andalan yang ikhlas selama mengabdi. Ia tidak pernah mengeluh maupun memasang tarif bila diberi tugas berat di luar tugas harian. Fisiknya sangat tangguh menyopir dalam perjalanan jauh hingga berhari-hari bila mengantarkan para ustadz keluar kota untuk misi dakwah dan syiar Islam.
Tak heran jika Ustadz Wahyono, salah satu pengasuh Ponpes An-Nahl sangat sedih dan prihatin melihat kondisi Pak Yanto. Menurutnya, selama mengabdi di pesantren Pak Yanto sangat rajin, sabar, dan bertanggungjawab.
"Saya prihatin dengan kondisi Pak Yanto. Beliau supir Pondok yang telah berjasa banyak dalam mendirikan Pondok ini. Orangnya penyabar dan rajin, sampai hari ini pun kami belum mendapatkan pengganti seperti beliau," ujarnya
Ustadz Wahyono berharap para muhsinin maupun donatur IDC bisa meringankan beban biaya berobat Pak Yanto agar kembali sehat dan bergabung kembali di Ponpes An-Nahl.
...Untuk pengobatan lanjutan ia butuh biaya transport dan obat-obatan dalam 12 kali kemoterapi ....
INFAQ DARURAT PEDULI KASIH SESAMA MUSLIM
Ujian berat yang menimpa Pak Budi Haryanto adalah beban kita juga, karena persaudaraan setiap Muslim ibarat satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya otomatis terganggu karena merasakan kesakitan juga.
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam” (Muttafaq ‘Alaih).
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُنْيَا نَفَّسَ الله عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَومَ القِيَامَةِ و مَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ الله عَلَيهِ في الدُنيَا و الأَخِرَةٍ و مَن سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ الله في الدُنيَا و الأَخِرَةٍ و الله في عَونِ العَبْدِ ما كان العَبْدُ في عَونِ أَخِيهِ
“Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barangsiapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Dan Allah senantiasa membantu seorang hamba selama hamba tersebut senantiasa membantu saudaranya...” (HR Muslim).
Bunga-bunga peduli kasih kaum Muslimin sangat dibutuhkan untuk membantu berbagai keperluan pengobatan Bapak Budi Haryanto bisa disalurkan melalui program INFAQ DARURAT IDC ke rekening:
- Bank Muamalat, No.Rek: 34.7000.3005 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BNI Syariah, No.Rek: 293.985.605 a.n: Infaq Dakwah Center.
- Bank Mandiri Syari’ah (BSM), No.Rek: 7050.888.422 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank Bukopin Syariah, No.Rek: 880.218.4108 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BTN Syariah, No.Rek: 712.307.1539 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank Mega Syariah, No.Rek: 1000.154.176 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank Mandiri, No.Rek: 156.000.728.7289 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank BRI, No.Rek: 0139.0100.1736.302 a.n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
- Bank CIMB Niaga, No.Rek: 80011.6699.300 a.n Yayasan Infak Dakwah Center.
- Bank BCA, No.Rek: 631.0230.497 a.n Budi Haryanto (Bendahara IDC).
CATATAN:
- Demi kedisiplinan amanah dan untuk memudahkan penyaluran agar tidak bercampur dengan program lainnya, tambahkan nominal Rp 3.000 (tiga ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.003.000,- Rp 503.000,- Rp 203.000,- Rp 103.000,- 53.000,- dan seterusnya.
- Laporan penyaluran dana akan disampaikan secara online di: www.infaqDakwahCenter.com.
- Bila biaya pengobatan sudah tercukupi/selesai, maka donasi dialihkan untuk program IDC lainnya.
- Video: https://youtu.be/KV4nYhdIT0U
- Info: 08122.700020 - 08567.700020.