News

Masya Allah! Ujian Muslimah ini Bertubi-tubi: Cerai dengan Suami Murtadin, Ekonomi Sulit hingga Tumor. Ayo Bantu!!!


 

Demi mempertahankan aqidah, muslimah ini terpaksa bercerai dengan muallaf gadungan yang kembali murtad menjadi Kristen. Berprofesi sebagai guru TK, ia hidup dalam ekonomi sulit di rumah kontrakan untuk membesarkan dan membiayai anak-anaknya. Belum selesai ujian perceraian dan ekonomi, kini ia diuji Allah dengan penyakit tumor.

 

JAKARTA, Infaq Dakwah Center (IDC) – Karlinda, nama alias, guru TK yang bersahaja ini adalah Muslimah tangguh. Hari demi hari harus menjalani ujian hidup yang berat. Episode hidupnya tak pernah sepi dari pilihan dilematis yang berat, tapi sarjana pendidikan S-1 kelahiran Jakarta ini lebih mengutamakan Islam dan ridha Allah Ta’ala sebagai dasar pilihan.

Titik balik ujian hidupnya bermula empat belas tahun silam, ia menikah dengan seorang pria muallaf yang sebaya dengannya. Saat menikah, suaminya berpindah agama dari Kristen menjadi Muslim. Disaksikan keluarga dan jamaah sebuah masjid ternama di Jakarta, sang suami mengikrarkan dua kalimat syahadat.

Di awal pernikahan, segalanya berjalan lancar, bahagia dan hidup berkecukupan. Sebagai muallaf, sang suami mulai belajar shalat beserta empat rukun Islam lainnya. Rumah tangganya nampak indah, sakinah, mawaddah dan bahagia.

Beberapa tahun kemudian, saat dikaruniai sepasang anak (pria dan wanita), rumah tangga Linda diguncang prahara. Sang suami yang berstatus muallaf itu mengkhianati dua kalimat syahadat yang diikrarkannya. Tak hanya itu, ia menjalin hubungan asmara dengan wanita Kristen.

Puncaknya, sang suami murtad dan kembali kafir menjadi Kristen dan menikahi wanita Kristen pilihannya. Bak kiamat kecil, terjadilah kegaduhan dalam rumah tangga Linda.

...Sang suami yang dulu menjadi muallaf sebelum menikah, kini murtad kembali kafir menjadi Kristen dan menikahi wanita Kristen pilihannya...

Mulanya, Linda mencoba bertahan dan tetap bersabar dengan penuh harap agar sang suami bisa sadar dan kembali bertaubat masuk Islam. Karena segala upayanya gagal dan sang suami menolak hidayah Allah, ia pun memutuskan bahwa hidup dalam rumah tangga bersama suami murtadin beda aqidah itu harus diakhiri. Di Pengadilan Agama Bekasi, Linda pun resmi bercerai dengan suami murtadnya.

Meski dihadapkan pada masalah ekonomi dan derita lain pasca perceraian, namun kesedihan Linda bisa terobati karena ia berhasil menyelamatkan aqidah kedua anaknya dari tangan-tangan murtadin mantan suaminya. Masalah terberat dalam kedua anaknya adalah trauma sebagai anak brokenhome paska perceraian kedua orang tuanya.

...Di tengah himpitan kesulitan hidup, Linda kembali mendapat ujian Allah berupa penyakit tumor yang dihadapi dengan sepenuh tawakkal dan sabar...

 

MEMPERTAHANKAN AQIDAH, UJIAN ALLAH DATANG BERTUBI-TUBI

Dalam kesendirian sebagai single parent, Linda berupaya tegar memikul beban ekonomi untuk membesarkan dan mendidik kedua anak tercintanya yang masih sekolah. Dengan bekal pendidikan S-1 yang dimiliki, ia pun memilih profesi Guru TK untuk berdakwah dan membiayai keluarganya.

Linda pun harus berpikir keras, bagaimana menghidupi kedua anaknya, termasuk biaya pendidikan, kesehatan, gizi dan kebutuhan hidup sehari-hari. Belum termasuk sewa kontrakan yang harus dibayar setiap bulannya. Total biaya selama sebulan untuk keperluan hidup, sekolah, kontrakan dan transport mencapai Rp 2.900.000,- Sementara penghasilan dari gaji guru TK dan bantuan keluarga hanya Rp 800.000,- perbulan.

Karena pendapatan sebagai guru TK jauh dari mencukupi, Linda pun mencari tambahan dengan berjualan kripik singkong, namun tak juga bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga.

Berharap pada nafkah mantan suaminya agar mengirim uang untuk biaya sekolah anak-anaknya, juga tidak selalu berjalan mulus. Kadang ada, kadang tidak.

Di tengah himpitan ekonomi yang sulit, Linda kembali menelan pil getir. Ia harus berpisah dengan putri sulungnya. Pihak suami mengambil alih putrinya dan merawatnya. Sedangkan anaknya yang lelaki menjadi hak asuh ibunya.

Linda merelakan putrinya untuk di asuh ibu tiri dan ayah kandung dalam keluarga Kristen, karena ada kesepakatan antara Linda dan suaminya. Disepakati bahwa sang putri jangan diganggu atau dipengaruhi aqidah Islamnya. Meski tinggal dengan papanya, putrinya harus tetap menjadi Muslimah. Saat Natal misalnya, putrinya diharuskan tinggal bersama Linda, agar tidak mengikuti ibadah Natal bersama ayah dan ibu tirinya.

Di tengah berbagai kesulitan hidup, Linda kembali mendapat ujian Allah berupa penyakit tumor. Kamis (23/2/2016) ia menjalani operasi tumor yang pertama.

“Tiga hari yang lalu saya operasi. Sekarang sedang masa pemulihan. Mohon di doakan agar hasilnya negatif cancer,” ujarnya kepada Relawan IDC, Sabtu (28/2/2016).

...Linda kembali menelan pil getir. Putri sulungnya diambil mantan suami, kini hidup diasuh ibu tiri dan ayahnya dalam keluarga kristiani...

 

PEDULI KASIH SESAMA MUKMIN

Meski sudah berbagi hak asuh dengan mantan suami, Linda tetap saja hidup dalam kekurangan. Dengan penghasilan yang minus, ia kelabakan membiayai sekolah putranya yang kini duduk di bangku SMP (swasta) kelas dua ini. Seringkali, ia nunggak bayaran sekolah putranya. “Saat ini sudah empat bulan nunggak bayaran sekolah, jika dihitung mencapai Rp 1.400.000,” kata Linda pasrah.

Selain kesulitan membiayai sekolah, Linda juga harus berpikir keras untuk mengumpulkan uang Rp 600.000 untuk sewa kontrakan. Belum lagi transport sehari-hari untuk diri dan putranya itu. “Untuk makan kami cukup-cukupkan,” terang Linda prihatin.

Usai menerima laporan utuh dari kontributor Depok, IDC mengalokasikan dana untuk melunasi seluruh beban tagihan. Selain itu, IDC juga menyalurkan dana program Infaq Darurat untuk santunan bulanan. Insya Allah IDC berusaha untuk membantu biaya rutin perbulan untuk menutupi kekurangan biaya sekolah, berobat, dan kebutuhan harian lainnya.

...Musibah beruntun yang dialami Linda untuk mempertahankan aqidah adalah penderitaan kita juga. Karena persaudaraan setiap Muslim ibarat satu tubuh...

Musibah beruntun yang dialami Linda untuk mempertahankan aqidah adalah penderitaan kita juga. Karena persaudaraan setiap Muslim ibarat satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya otomatis terganggu karena merasakan kesakitan juga.

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى.

“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam” (Muttafaq ‘Alaih).

Dengan membantu saudara kita yang tertimpa musibah, insya Allah akan mendatangkan keberkahan, kemudahan dan pertolongan Allah di dunia dan akhirat. Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُنْيَا نَفَّسَ الله عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَومَ القِيَامَةِ, و مَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ الله عَلَيهِ في الدُنيَا و الأَخِرَةٍ, و مَن سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ الله في الدُنيَا و الأَخِرَةٍ, و الله في عَونِ العَبْدِ ما كان العَبْدُ في عَونِ أَخِيهِ

“Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barang siapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Dan Allah senantiasa membantu seorang hamba selama hamba tersebut senantiasa membantu saudaranya...” (HR Muslim).

Donasi untuk membantu meringankan beban Bu Karlinda bisa disalurkan dalam program Infaq Darurat IDC:

  1. Bank Muamalat, No.Rek: 34.7000.3005 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  2. Bank BNI Syari’ah, No.Rek: 293.985.605 a/n: Infaq Dakwah Center.
  3. Bank Mandiri Syariah (BSM), No.Rek: 7050.888.422 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  4. Bank Mandiri, No.Rek: 156.000.728.728.9 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  5. Bank BRI, No.Rek: 0139.0100.1736.302 a/n: Yayasan Infak Dakwah Center.
  6. Bank CIMB Niaga, No.Rek: 675.0100.407.006 a.n Yayasan Infak Dakwah Center.
  7. Bank BCA, no.rek: 631.0230.497 a/n Budi Haryanto (Bendahara IDC).

CATATAN:

  • Demi kedisiplinan amanah dan untuk memudahkan penyaluran agar tidak bercampur dengan program lainnya, tambahkan nominal Rp 3.000 (tiga ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.003.000,- Rp 503.000,- Rp 203.000,- Rp 103.000,- 53.000,- dan seterusnya.
  • Donasi disampaikan dalam bentuk: santunan bulanan, beasiswa sekolah dan biaya pengobatan.
  • Info: 08567.700020 – 08999.704050
  • PIN BB: 2AF8061E; BBM CHANNEL: C001F2BF0.