News

Bu Farida, Pejuang Ilmu di Madrasah Menderita Kanker Payudara, Butuh Biaya Rp 17,5 Juta. Ayo Bantu!!


CIBINONG, Infaq Dakwah Center (IDC) – Bu Farida, pejuang ilmu di beberapa madrasah Cibinong, Jawa Barat, tidak bisa beraktivitas karena menderita kanker payudara. Butuh biaya pengobatan Rp 17,5 juta untuk kemoterapi dan radiologi. Menanti uluran tangan kaum muslimin.

Ibu Farida adalah sarjana lulusan Fakultas Hukum Universitas Ibnu Khaldun Bogor, Jawa Barat. Karena begitu cintanya kepada dunia pendidikan, wanita berusia 44 tahun ini memilih berprofesi sebagai seorang guru. Ia ingin berbagi ilmu yang manfaat kepada anak-anak sebagai investasi akhirat agar menjadi amalan yang tak terputus pahalanya.

Dulu, hampir setiap hari Bu Farida mengajar di beberapa sekolah di kawasan Cibinong. Tapi seiring dengan kondisi kesehatannya yang menurun, sekarang ia hanya sanggup mengajar dua kali seminggu di MTs Amaliah Ciri Mekar, Cibinong, Kabupaten Bogor. Itupun dengan sangat memaksakan diri.

Sudah lebih dari satu tahun Bu Farida fisiknya digerogoti penyakit kanker payudara stadium tiga. Saat ditemui Relawan IDC di rumahnya, Kampung Sampora Lebak, Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, kondisi Bu Farida memang terlihat lemah.

Bu Farida dan keluarganya baru 6 bulan tinggal di rumah yang sangat sederhana ini. Ia harus pindah di rumah ini, karena sebelumnya, rumah yang lebih layak di BTN Indogren Citereup sudah  dijual untuk biaya pengobatan.

...Musibah yang dialami Bu Farida adalah penderitaan kita juga. Karena persaudaraan setiap Muslim ibarat satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya otomatis terganggu karena merasakan kesakitan juga...

Selain untuk biaya pengobatan kanker, alasan kuat yang memaksa Pak Budi menjual rumah adalah pendidikan anaknya. Saat itu, anak sulungnya, Iqbal Maulana (20) diterima kuliah di Politeknik Universitas Indonesia (UI) Depok. Sebagai seorang guru, Pak Budi dan Bu Farida mengerti betul arti penting pendidikan bagi masa depan anak-anaknya. Meski musibah tengah menghimpit, sebagai orang tua ia tetap berharap anaknya bisa menempuh pendidikan setinggi-tingginya.

Rumah ini terpaksa dijual karena untuk biaya pengobatan kanker yang sangat mahal tidak bisa mengandalkan gaji suaminya. Sang suami, Hananto Budi juga berprofesi sebagai guru di MTs yang sama dengan penghasilan yang minim. Dengan gaji bulanan yang hanya Rp 800.000,- sulit diandalkan untuk memenuhi biaya pengobatan yang mencapai puluhan juta rupiah. Padahal untuk kebutuhan keperluan hidup sehari-hari dan biaya pendidikan anak-anaknya saja tidak cukup.

Bahkan saat berkunjung ke rumahnya Rabu lalu, Relawan IDC melihat langsung betapa kondisi keluarga Bu Farida sangat memprihatinkan. Saat istri sedang sakit, tanggal tua belum gajian, dapur pun sedang kosong tak ada beras yang bisa dimasak. Padahal ia sedang butuh biaya buat kontrol pengobatan istri ke rumah sakit.

“Saya di sini orang baru. Orang sini melihat saya seorang guru, seolah seperti orang berada dan nggak percaya kalau saya nggak punya uang,” ujar Pak Budi, sapaan akrab Hananto Budi, kepada relawan IDC.

Sungguh amat memprihatinkan, guru madrasah yang tugasnya mencerdaskan generasi muslim, tapi hidupnya penuh kekurangan, bahkan sampai tak sanggup membeli sesuap nasi bagi anak-anaknya.

 

TAK TERGIUR BANTUAN MISIONARIS KRISTEN

Dalam kondisi sangat terjepit, susah dan menderita, ujian iman selalu datang menghampiri. Ketika lembaga zakat umat Islam tak ada yang membantu, sebuah lembaga misionaris Kristen berulang kali menawarkan bantuan biaya pengobatan kanker Bu Farida.

Tapi sadar akan malapetaka apabila menerima bantuan musuh aqidah, baik Pak Budi maupun Bu Farida berani menolak dengan tegas. Keduanya sama sekali tak tergiur dengan bantuan yang lalu lalang dari pihak salibis.

“Dari pihak Katolik Asia menawarkan biaya pengobatan sampai lebih dari US$ 2.500, tapi saya nggak mau. Saya tolak, khawatir ada apa-apanya di belakang nanti,” tegas Pak Budi kepada relawan IDC.

...Dalam kondisi terjepit, ketika kaum muslimin tak ada yang membantu, lembaga misionaris Kristen berulang kali menawarkan bantuan, tapi ditolak mentah-mentah karena masih sayang aqidah...

TERBEBAN BIAYA PENGOBATAN

Untuk pengobatan Bu Farida, meski payudara sebelah kanan telah diangkat, istrinya kini harus menjalani kemoterapi hingga 9 tahap, karena payudara kirinya juga terinfeksi kanker.

Untuk sekali kemoterapi diperkirakan menghabiskan biaya sekitar Rp 15.000.000,- sehingga untuk 3 kali kemoterapi berjumlah Rp. 45.000.000,-.

Setelah kemoterapi, Bu Farida harus menjalani 25 kali radiologi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Satu kali terapi radiologi membutuhkan biaya Rp 1.000.000, sehingga biaya  untuk 25 kali radiologi adalah Rp 25.000.000,-

Jadi total biaya pengobatan Bu Farida seluruhnya sekitar Rp 70.000.000,- Biaya pengobatan itu ditanggung Jamkesda sebesar 75%. Sedangkan 25% sisa biaya pengobatan sebesar Rp 17.500.000 harus ditanggung sendiri.

Biaya ini tentu mustahil terbayar jika mengandalkan gaji mengajar di madrasah. Di sisi lain, sudah tidak ada harta yang bisa dijual lagi untuk membayar biaya pengobatan kanker.

Kini pasangan guru madrasah ini hanya bisa bertawakkal kepada Allah Ta’ala, dan berharap uluran tangan dari saudara-saudara sesama mukmin.

Mari bantu pengobatan kanker Bu Guru Farida, agar kembali sehat dan bisa kembali beraktivitas mengajar di madrasah, mencerdasan anak-anak Muslim.

 

Donasi Peduli Kasih Sesama Mukmin

Musibah yang dialami Bu Farida adalah penderitaan kita juga. Karena persaudaraan setiap Muslim ibarat satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya otomatis terganggu karena merasakan kesakitan juga.

"Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam” (Muttafaq ‘Alaih).

Dengan membantu saudara kita yang tertimpa musibah, insya Allah akan mendatangkan barakah, pertolongan dan kemudahan di dunia dan akhirat. Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barang siapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat...” (HR Muslim).

Bagi kaum Muslimin yang terpanggil untuk membantu meringankan biaya pengobatan kanker Bu Farida bisa mengirimkan donasi ke program Dana Infaq Darurat (DINAR) IDC:

  1. Bank Muamalat, No.Rek: 34 7000 3005 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  2. Bank BNI Syari’ah, No.Rek: 293 985 605  a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  3. Bank Mandiri Syariah (BSM), No.Rek: 7050 888 422  a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  4. Bank Mandiri, No.Rek: 156 000 696 4037  a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  5. Bank BRI, No.Rek: 0139 0100 1736 302  a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  6. Bank BCA, no.rek: 6310230497 a/n Budi Haryanto (Bendahara IDC)

CATATAN:

  1. Demi kedisiplinan amanah dan untuk memudahkan penyaluran agar tidak bercampur dengan program lainnya, tambahkan nominal Rp 3.000 (tiga ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.003.000,- Rp 503.000,- Rp 203.000,- Rp 103.000,- 53.000,- dan seterusnya.
  2. Laporan penyaluran dana akan disampaikan secara online di: infaqdakwahcenter.com.
  3. Bila biaya pengobatan Bu Farida sudah tercukupi, maka donasi dialihkan untuk program IDC lainnya.
  4. Info: 08567.700020 – 08999.704050 PIN BB: 2AF8061E.