News

Ingin Hijrah dari Zona Maksiat dan Jeratan Rentenir, Ibu Muslimah Perlu Bantuan 5 Juta. Ayo Bantu!!


KOSAMBI (Infaq Dakwah Center) – Sudah jatuh ketimpa tangga. Seorang ibu muslimah terjebak rentenir karena terpaksa demi kelahiran sang bayi. Kini ekonomi keluarga hancur, usaha bangkrut, anak putus sekolah, tinggal di kawasan hitam dan jadi incaran pendeta Kristen. Ingin hijrah kepada kehidupan islami, butuh bantuan Rp 5 juta rupiah. Ayo bantu!!

Uang Rp 1.500.000,- (satu juta lima ratus ribu) mungkin tidak terlalu besar bagi orang kelas ekonomi menengah ke atas. Tapi gara-gara uang sebesar itulah rumah tangga Royati berantakan, anak putus sekolah. Biang keroknya adalah rentenir. Akibat  berhutang Rp 1.500.000,- kepada rentenir, ia harus merelakan penghasilan Rp 300.000,- setiap bulan hanya untuk membayar bunga, sementara hutang pokoknya tidak pernah lunas. Sebelum hutang pokok dilunasi, maka sepanjang waktu Yati harus membayar bunga Rp 300 ribu perbulan.

Di tengah kekalutan itu, muncul kabar baik. Seorang kawannya yang sering membuka situs dan facebook dakwah menyarankan agar mengajukan permohonan bantuan kepada Infaq Dakwah Center (IDC).

Berbekal informasi itu, Yati memberanikan diri mengirim pesan singkat ke SMS Center IDC:

“Assalamu'alaikum... Sbelumnya saya minta maaf jika sms saya mengganggu bpak.  Kepada bpak KETUA IDC yg saya hormati,saya mohon pertolongan bpak... Saya Yati mengontrak di kosambi. Yati ibu dri 3 anak. Suami berkerja kuli bangunan. kadang kerja kadang ga dikarenakan ga ada kerjaan... maaf bukannya Yati ga menghargai suami,memang ini keadaan Yati. Yati sms bpak karna keadaan Yati mendesak... tolong Yati pak, Yati ditagih rentenir. Yati berhutang 1.500.000 ketika Yati melahirkan. Selama ini Yati cma byar bungany tiap bulan 300. Skarang rentenirnya minta dipulangin duitnya... Yati bingung pak, jangankan buat dia. buat makan aja Yati cri pnjaman dlu ketetangga. Yati ga pnya barang berharga yg bsa dijual. Yati cma ada tv itupun buat hiburan anak2 nahan lapar klo Yati ga masak... tolong Yati pak,Yati ga minta percuma, psti Yati ganti jika suami lancar kerjanya. Yati ga pnya surat berharga sebagai jaminan. Yati cma ada KTP-KK-SURAT NIKAH-AKTE ANAK.... Yati janji, ga akan pnjam kerentenir lg sesusah apapun Yati, itu hnya menambah susah Yati.  smenjak pnjam rentenir, Yati pernah diusir ama ngkoh yg pnya kontrakan. karna Yati nunggak byarnya. juga Yati pernah dagang kue lapis legit keliling kampung, tpi modalny habis buat byar bunga rentenir. juga buku sekolah blum dibayar, kaos olahraga sekolah udah sobek ga bsa dijahit lg... Yati sangat mengharapkan bantuan bpak. Tolong bebaskan Yati dari rentenir,” ujarnya, Jum’at pagi (13/9/2013).

 

SELAMATKAN AQIDAH UMAT DARI RENTENIR

Dari kawasan Jepara, Direktur IDC yang sedang mengurus pendidikan belasan anak yatim di pesantren segera menginstruksikan Relawan IDC agar melakukan survey. Pertimbangan utamanya adalah kewajiban membantu sesama mukmin yang ingin hijrah dari kemaksiatan dan dosa besar.

Salah satu kemaksiatan terbesar dalam Islam adalah riba (rentenir). Allah SWT menyebut pemakan riba sebagai orang gila yang kerasukan setan dan mengancam dengan azab yang kekal di neraka:

Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Rabbnya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Dan barang siapa yang mengulangi (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya (Qs. Al-Baqarah 275).

Allah Ta’ala dan rasul-Nya telah mengumandangkan perang melawan riba dan pelakunya (Qs. Al-Baqarah 279); riba adalah perbuatan dosa yang dilarang dan dibenci Allah SWT (Qs Ali Imran 130, Al-Baqarah 276); riba adalah salah satu dosa besar (kaba'ir) yang mencelakakan, sejajar dengan syirik, sihir, makan harta anak yatim, dan membunuh (HR Bukhari dan Muslim).

Rasulullah SAW menegaskan bahwa riba adalah salah satu dari tujuh dosa  besar. Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah tujuh dosa besar yang membawa kepada kehancuran,” lalu beliau sebutkan salah satunya adalah memakan riba. (HR. Bukhari dan Muslim).

Riba mengandung 70 dosa besar (kaba`ir) yang lebih berat daripada dosa menzinahi ibu kandung. Rasulullah SAW bersabda:

“Dosa riba memiliki 72 pintu, dan yang paling ringan adalah seperti seseorang berzina dengan ibu kandungnya sendiri” (HR Ibnu Majah dalam kitab “At-Tijaaraat” hadits nomor 2.265; Silsilah Shahihah no. 1871).

“Satu dirham yang dimakan oleh seseorang dari hasil riba dan dia paham bahwa itu adalah hasil riba, maka lebih besar dosanya daripada berzina 36 kali” (HR Ahmad).

“Satu dirham dari hasil riba jauh lebih besar dosanya daripada berzina 33 kali” (HR Hakim).

Begitu dahsyatnya dosa riba/rentenir, sehingga tak heran jika Allah SWT mengutuk semua orang yang terlibat dalam transaksi riba.

“Rasulullah SAW bersabda, “Allah mengutuk orang yang memakan (menerima) riba, orang yang membayar riba, pencatat (dalam transaksi riba), dan dua orang saksi. Mereka itu semuanya sama saja” (HR. Muslim dan Ahmad).

...Yati pernah ditawari pendeta untuk ikut agama Kristen dijanjikan ini itu tapi ditolak...

 

KEMISKINAN ITU MEMAKSANYA TINGGAL DI ZONA HITAM

Ahad pagi sekira jam 09.00 WIB, Andi Ramdhan bersama Ahmed Widad menyusuri jalan sekira 100 KM dari Bekasi menuju Kosambi, Tangerang. Setelah menempuh perjalanan sekitar 3,5 jam, sampailah Relawan IDC di rumah kontrakan Yati.

Rumah petak yang sempit itu berada di lingkungan kumuh dan rawan maksiat di Kampung Tawang, Kosambi, Tangerang, Banten. Di lorong-lorong banyak tersaji hiburan “goyang dombret” dan prostitusi.

Sudah lebih dari sepuluh tahun Yati tinggal di kawasan merah itu, dengan alasan terpaksa. Karena mencari kontrakan yang murah, karena pekerjaan suaminya tidak tetap. Kalau ada order dia nguli bangunan, kalau tidak ada order hanya bisa menganggur di rumah. “Yang tinggal di kontrakan sini parah, maaf ya ada juga yang jadi jablay,” kata Yati.

...Hutang 1,5 juta demi persalinan berbuntut panjang. Sudah hampir 4 juta dikeluarkan untuk membayar bunga, tapi hutang pokok tak pernah lunas...

Petaka bermula setahun lalu, jelang kelahiran anak ketiganya. Saat itu, ia maupun suaminya tidak memiliki uang sama sekali. Deni Arifin, sang suami yang berpropesi sebagai kuli bangunan sedang tidak ada order. Jangankan untuk biaya persalinan, untuk biaya sekolah anak pertamanya saja tidak ada sama sekali, sehingga terpaksa harus putus sekolah sampai sekarang.

Karena tidak ada bantuan dari siapapun, maka demi keselamatan sang jabang bayi, Yati terpaksa pinjam rentenir, meskipun ia tahu resiko pahit di belakang hari.

“Tahun lalu melahirkan anak saya yang ketiga. Saya lagi nggak punya duit terus ngutang sama rentenir satu juta setengah,” ujarnya kepada Relawan IDC, Ahad (15/9/2013).

Untuk sementara, problem persalinan bayi Rindu Nurjannah itu teratasi. Tapi, bulan-bulan berikutnya, 30 hari dalam sebulan seolah menjadi problem. Gaji kuli bangunan suaminya habis tersedot oleh lintah darat biadab. Setiap bulan ia wajib menyetor bunga pinjaman sebesar Rp 300.000,- Sampai saat ini sudah berjalan 13 bulan, berarti sudah Rp 3.900.000 gaji kuli yang diperoleh dengan susah payah itu disetorkan kepada rentenir, sementara hutang pokoknya yang hanya 1.500.000 tak pernah lunas. Padahal dana yang dirampok rentenir itu sangat bermanfaat kalau disalurkan untuk biaya pendidikan kedua anaknya, Rendi (16 tahun) dan Rizki (8 tahun).

Untuk membayar bunga-bunga rentenir haram itu, Yati terpaksa melepaskan modal dagang kue lapis legit. Sehingga bangkrutlah usaha andalan keluarga itu.

“Namanya juga rentenir, karena saya belum bisa melunasi terpaksa harus bayar bunganya 300 ribu setiap bulan. dan sekarang sudah lebih dari setahun setiap bulan harus bayar bunga. Saya ditekan harus bayar, padahal lagi nggak punya uang,” keluh ibu muda asal Bogor itu. “Yati kapok Pak. Yati janji gak akan pinjam rentenir lagi. Parah di sini Pak, pinjam pagi 50 ribu, sore harus dibayar bunganya 10 ribu,” tandasnya.

...Dalam kekurangan ia didatangi germo, ditawari kerjaan jadi bartender di cafe dengan iming-iming gaji, tapi Yati gak mau...

 

JADI INCARAN GERMO DAN KRISTENISASI, TAK BERGEMING!!

Hidup di lingkungan maksiat, bisa dipastikan kalau Yati dan suaminya pun minim pengetahuan agama. Sebagai muslimah Yati biasa berpakaian minim yang jauh dari syar’i, tak mengenakan hijab, bahkan tak punya mukena. Ia hanya berkerudung kalau bepergian jauh.

Meski jarang shalat dan awam agama, beruntung Yati sekeluarga masih punya iman. Dalam banyak kesempatan, saat keluarganya butuh uang untuk menyambung hidup, ia kerap didatangi germo dan misionaris Kristen. Alhamdulillah, Yati masih bisa melakukan perlawanan dengan iman di lubuk hatinya.

“Meskipun gak berjilbab tapi Yati masih punya iman Pak. Yati pernah ditawari seorang pendeta untuk ikut agamanya. Karena dia kasian melihat keadaan Yati. Yati dijanjikan ini itu tapi Yati gak mau Pak. Biar susah kelaparan Yati senang begini Pak, daripada kenyang tapi keluar agama,” kenangnya. “Pernah juga Yati didatangi germo, ditawari kerjaan jadi bartender di cafe, dengan iming-iming gaji sekian sekian, tapi Yati gak mau,” tambahnya.

...Biar susah kelaparan Yati senang begini Pak, daripada kenyang tapi keluar agama...

 

INGIN HIJRAH DAN MEMULAI HIDUP BARU

Dalam pertemuan itu, berkali-kali Yati mengulangi minta tolong agar dibantu dilepaskan dari jeratan rentenir. “Tolong Pak, lunasi hutang saya Pak. Saya kapok minjem rentenir Pak,” ujarnya memelas.

Setelah mendengarkan paparan Yati, Relawan IDC menjelaskan bahwa semua prihatin dengan musibah dan keadaan Yati. IDC ingin membantu tapi bantuan IDC hanya untuk hal-hal yang ada hubungannya dengan dakwah dan ibadah. Terjadilah dialog yang agak alot.

“Kami prihatin dan ingin membantu, tapi amanah bantuan kami hanya untuk aktivis, yatim dan dhuafa yang taat ibadah. Sementara Bu Yati jarang shalat dan tidak menutup aurat, tidak berbusana muslimah,” ujar Relawan IDC.

“Ya Pak, saya mengerti. Memang begini keadaan saya apa adanya, gak memakai jilbab. Tapi meskipun gak berjilbab tapi Yati punya iman,” jawabnya.

“Kami siap bantu kalau Bu Yati keluarga siap berubah makin dekat kepada agama. Insya Allah banyak jalan kalau kita dekat Allah dan patuh pd syariat-Nya. Jaganlah miskin harta ditambah dengan miskin iman,” ujar Relawan IDC sembari mengutip ayat Al-Qur'an: “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya” (Qs. Ath Thalaq: 2-3).

“Soal miskin harta Yati akui pak. Tapi soal iman Yati kuat pak, meskipun mau dikasih beras, dijanji bantu ini itu, Yati ga mau pindah agama,” bantahnya.

“Maaf Bu, bukan menggurui. Sebagai muslimah beriman mestinya Ibu menutup aurat. Ini hanya ajakan dakwah, tidak lebih. Itu juga untuk kebaikan Bu Yati sendiri. Insya Allah kami bantu kalau ajakan kami disetujui,” tukas Relawan IDC.

...Yati butuh jilbab dan mukena Pak. Kasih yang bekas juga alhamdulillah Pak...

Akhirnya Yati mengakui kesalahannya. “Yati juga niat Pak memakai jilbab, jauh sebelum Yati sms Bapak. Itu niat di hati Yati sendiri, bukan karena siapapun,” tuturnya.

Yati juga berjanji akan hijrah dari lingkungan maksiat itu. “Insya Allah Yati akan cari kontrakan lagi kalau utang Yati disini sudah impas,” janjinya.

Di lingkungan baru dambaannya itu, Yati ingin membuka usaha. Untuk menopang ekonomi keluarga agar anak-anak bisa kembali ke sekolah, Yati ingin merintis lagi usaha dagang kue keliling kampung. Tapi perlu bantuan modal.

Untuk melunasi hutang (tidak termasuk bunga riba rentenir), modal usaha jualan, kontrak rumah baru, beli busana muslimah dan keperluan sekolah anaknya, diperkirakan butuh dana sekitar Rp 5 juta.

Sebelum pamit pulang, Relawan IDC berpesan kepada Yati sekeluarga agar jangan lupakan shalat. “Jangan lupa shalat ya Bu, dekatkan diri kepada Allah. Hanya Allah tempat memohon, kami hanya perantara saja!” pesan Andi.

Bu Yati melepas kepergian Relawan IDC dengan tambahan pesan agar ia juga dibantu jilbab dan mukena. “Yati butuh jilbab dan mukena Pak. Kasih yang bekas juga alhamdulillah Pak,” ujarnya.

...Saat terdesak butuh biaya untuk menyambung hidup, Yati kerap didatangi germo dan misionaris Kristen. Alhamdulillah ia bisa melawan dengan iman di lubuk hatinya...

 

PEDULI KASIH SESAMA MUKMIN

Kasihan betul nasib Bu Yati. Sudah miskin, tak paham agama, terjerat lintah darat, usaha bangkrut, anaknya jadi korban tak bisa sekolah pula.

Mari berbagi kasih, ulurkan kepedulian untuk membantu Bu Yati sekeluarga hijrah dari jeratan rentenir dan kehidupan di lingkungan maksiat. Dengan membantu meringankan kesulitan saudara sesama mukmin, terutama muallaf, insya Allah akan mendatangkan barakah, pertolongan dan kemudahan  di dunia dan akhirat. Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barang siapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat...” (HR Muslim).

Insya Allah dari setiap ibadah yang dilakukan Yati sekeluarga, para donatur akan mendapat pahala dan keberkahannya.

Donasi bisa disalurkan dalam program INFAQ PRODUKTIF ke rekening IDC:

  1. Bank Muamalat, No.Rek: 34 7000 3005 a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  2. Bank BNI Syari’ah, No.Rek: 293 985 605  a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  3. Bank Syariah Mandiri (BSM), No.Rek: 7050 888 422  a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  4. Bank Mandiri, No.Rek: 156 000 696 4037  a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  5. Bank BRI, No.Rek: 0139 0100 1736 302  a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center.
  6. Bank BCA, no.rek: 631 0230 497 a/n Budi Haryanto (Bendahara IDC)

 

CATATAN:

  1. Demi kedisiplinan amanah dan untuk memudahkan penyaluran agar tidak bercampur dengan program lainnya, tambahkan nominal Rp 5.000 (lima ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.005.000,- Rp 505.000,- Rp 205.000,- Rp 105.000,- 55.000,- dan seterusnya.
  2. Bila dana terpenuhi maka donasi akan dialihkan untuk program IDC lainnya.
  3. Laporan penyaluran dana akan disampaikan secara online di: infaqDakwahCenter.com.
  4. Info dan konfirmasi: 08567.700020,  08999.704050.
  5. Penyaluran dana akan disampaikan dalam bentuk:
  • Bantuan pelunasan hutang pokok (tidak termasuk bunga riba rentenir).
  • Pengadaan busana muslimah.
  • Bantuan kontrak rumah dan biaya sekolah.
  • Bantuan permodalan usaha.
  •