News

Aisyah Mumtazah: Bayi Anak Aktivis Islam Tergolek di Inkubator Rumah Sakit, Butuh Donasi Rp 6 Juta


SLIPI (Infaq Dakwah Center) – Banyak orang meyakini bahwa kefakiran dekat dengan kekafiran, sebagaimana dinyatakan dalam sebuah hadits dhaif. Namun bagi Abu Seif, kefakiran justru menempanya menjadi sosok pemuda yang sangat militan. Meski hidup dengan ekonomi sulit di ibukota, ia justru aktif dalam ormas Islam yang giat menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Istrinya yang berhijab sempurna juga sabar menerima keadaan.

Pria yang telah menikah 3 tahun silam ini hanya berprofesi sebagai buruh konveksi dengan penghasilan yang pas-pasan. Bersama istri tercintanya, Abu Seif tinggal di sebuah kawasan padat yang harus dilalui dari gang sempit. Ia menyewa sebuah kamar kecil berukuran 3 x 4 meter persegi sebagai tempat terbaiknya untuk membina keluarga sakinah.

Saat ini Abu Seif sangat berbahagia dengan kehadiran buah hatinya. Namun ujian berat datang menghampirinya. Menjelang persalinan, sang istri hipertensi sedang kambuh. Dengan finansial yang tak memadai, pada malam hari Abu Seif melarikan sang istri ke bidan, namun bidan setempat tak sanggup menangani karena minimnya peralatan. Ia pun dirujuk ke rumah sakit swasta Jakarta guna mendapat perawatan yang lebih baik dan peralatan medis yang memadai.

...Meski hidup dengan ekonomi sulit di ibukota, ia justru aktif dalam ormas Islam yang giat menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Istrinya yang berhijab sempurna juga sabar menerima keadaan...

Alhamdulillah, akhirnya sang istri melahirkan dengan perjuangan yang berat di rumah sakit. Jabang bayi berjenis kelamin perempuan dengan berat 3,6 Kg dan panjang 49 cm itu diberi nama Aisyah Mumtazah.

Malangnya, kondisi ketuban yang sudah tak baik mempengaruhi kesehatan sang bayi . begitu dilahirkan ke dunia, Aisyah menderita demam demam yang hebat. Menurut diagnosa dokter, Aisyah terinveksi sebuah virus. Akhirnya sang ibu dan bayinya pun harus mendapatkan perawatan intensif beberapa hari di rumah sakit.

Saat dibesuk relawan IDC pada Sabtu (18/5/2013), Aisyah terlihat masih berada di inkubator sementara sang ibu berada di ruang perawatan dalam kondisi lemah pasca melahirkan.

Sementara Aisyah bertarung nyawa melawan penyakitnya di inkubator, Abu Seif juga harus berjuang mati-matian untuk mendapatkan dana yang cukup besar. Tagihan terakhir sudah mencapai sekira enam jutaan.

Jika hanya mengandalkan gajinya sebagai buruh konveksi, entah berapa tahun Abu Seif bisa membayar tagihan tersebut. Mengharapkan uluran tangan dari kerabat keluarga juga tidak mungkin, karena Seif adalah seorang perantau dari tanah Jawa.

Selain bertawakal kepada Allah, satu-satunya ikhtiar yang memungkinkan dalam waktu cepat adalah uluran tangan kaum Muslimin. Kepedulian sesama mukmin dari para aghniya sangat diharapkan untuk melunasi biaya perawatan bayi Aisyah dan istrinya di rumah sakit. Apalagi menurut dokter, setelah pulang nanti sang bayi tetap diharuskan melakukan rawat jalan.

...Kaum mukminin itu seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam...

Sebagai sesama mukmin, musibah Abu Seif, Aisyah Mumtazah dan ibunya harus kita rasakan juga, karena persaudaraan setiap Muslim adalah ibarat satu tubuh. Jika satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya otomatis merasa terganggu karena merasakan kesakitan juga.

“Perumpamaan kaum mukminin dalam cinta-mencintai, sayang-menyayangi dan bahu-membahu, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh anggota tubuhnya yang lain ikut merasakan sakit juga, dengan tidak bisa tidur dan demam” (Muttafaq ‘Alaih).

Dengan membantu saudara kita yang tertimpa musibah, insya Allah akan mendatangkan barakah, pertolongan dan kemudahan di dunia dan akhirat. Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barang siapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat...” (HR Muslim).

Bagi kaum Muslimin yang terpanggil untuk membantu meringankan biaya pengobatan Aisyah Mumtazah bisa mengirimkan donasi ke program Dana Infaq Darurat (DINAR) IDC:

  1. Bank Muamalat, No.Rek: 34 7000 3005  a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center
  2. Bank BNI Syari’ah, No.Rek: 293.985.605  a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center
  3. Bank Syariah Mandiri (BSM), No.Rek: 7050 888 422  a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center
  4. Bank Mandiri, No.Rek: 156 000 696 4037  a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center
  5. Bank BRI, No.Rek: 0139 0100 1736 302  a/n: Yayasan Infaq Dakwah Center
  6. Bank BCA, no.rek: 6310230497 a/n Budi Haryanto (Bendahara IDC)

CATATAN:

  1. Demi kedisiplinan amanah agar tidak bercampur dengan program lainnya, tambahkan nominal Rp 3.000 (tiga ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.003.000,- Rp 503.000,- Rp 203.000,- Rp 103.000,- dan seterusnya.
  2. Bila biaya pengobatan Aisyah Mumtazah sudah tercukupi, maka donasi dialihkan untuk program IDC lainnya.
  3. Laporan penyaluran dana akan disampaikan secara online di: idc.voa-islam.com. Info: Mumtaz (08999.704050).