News

27 Tahun Mengemis, Bu Rahmah Ingin Mandiri, Butuh Modal Usaha & Kaki Palsu. Ayo Bantu!!


Penderita cacat kaki ini sudah menjalani profesi pengemis selama 27 tahunan. Mantan penderita kusta ini ingin berhenti dari profesinya, namun keterpaksaan dan ketidakpedulian umat jadi kendala. Ayo bantu pengadaan kaki palsu dan modal usaha.

Tak semua pengemis adalah kaum pemalas yang menyukai dan ridha dengan profesinya. Bu Rahmah salah satunya. Sejujurnya, ia malu dengan profesi “penjaja iba” di jalanan, meski sudah melakoninya selama 4 zaman dari Orde Baru hingga Reformasi saat ini.

Lima rezim: Soeharto, Habibie, Gus Dur, Megawati dan SBY berkuasa silih berganti dengan janji-janji politiknya, tapi nasib wanita kelahiran Sumedang 62 tahun lalu ini tak juga berubah. Dari hari ke hari hanya bisa mengais rezeki dengan duduk di jalanan mengandalkan cacat fisiknya untuk meruntuhkan belas kasihan orang yang lewat.

Pengemis kawakan ini sudah beraksi di berbagai daerah dari Tangerang, Jakarta hingga Bekasi. Tak terhitung sudah berapa kali ia digaruk petugas dan dipenjarakan aparat trantib. “Kalau di Bekasi saya mengemis di Jalan Juanda. Di Tangerang hanya hari Sabtu dan Ahad,” ujarnya kepada IDC, Kamis (15/11/2012).

...Saya baru tahu kalau ada bantuan dari lembaga Islam. Biasanya bantuan yang saya terima dari orang asing atau orang Kristen,” ujar Bu Rahmah...

Dalam penelusuran Relawan IDC di tempat tinggalnya, Bu Rahmah adalah seorang ibu yang baik dan shalihah. Di rumahnya, Kelurahan Karang Sari Kecamatan Neglasari Tangerang Banten, ia sangat jauh dari kesan peminat-minta. Ia aktif mengaji di Masjid Al-Hanafiyah, rajin shalat malam dan puasa sunnah.

“Dari pertama kali saya menikah dengan anaknya, Bu Rahmah sering marah kalau saya malas shalat, dan tak pernah lupa mengajak saya puasa sunnah,” tutur salah seorang menantunya.

Sebagai wanita yang rajin taklim, Bu Rahmah bukan tidak tahu bahwa mengemis adalah pekerjaan yang hina. Rasulullah SAW bersabda: "Lebih baik seseorang bekerja dengan mengumpulkan seikat kayu bakar di punggungnya dibanding dengan seseorang yang mengemis lantas ada yang memberi atau enggan memberi sesuatu padanya." (HR. Bukhari).

Bu Rahmah juga takut dengan ancaman Rasulullah SAW terhadap profesi pengemis: "Jika seseorang meminta-minta (mengemis) pada manusia, ia akan datang pada hari kiamat tanpa memiliki sekerat daging di wajahnya" (HR Bukhari dan Muslim).

Uniknya, Bu Rahmah merasa heran menyambut kedatangan Relawan IDC ke rumahnya. Karena selama ini tak ada bantuan dari lembaga Islam. Menurutnya, hanya lembaga Kristen yang rajin membantunya. “Saya baru tahu kalau ada bantuan dari saudara-saudara di lembaga Islam. Biasanya bantuan yang saya terima dari orang asing atau orang Kristen,” ungkapnya.

...Lima rezim dari Soeharto hingga SBY berkuasa silih berganti, tapi nasib Bu Rahmah tak juga berubah. Dari hari ke hari hanya bisa mengais rezeki di jalanan mengandalkan cacat fisiknya untuk meruntuhkan belas kasihan orang yang lewat...

Kepada Relawan IDC, Bu Rahmah menumpahkan segala isi hatinya. Ia tahu bahwa mengemis itu tidak baik, tapi keadaan yang memaksanya untuk menjalankan profesi pengemis. Sebagai wanita cacat kaki, mantan penderita kusta ini sangat sulit mendapatkan pekerjaan yang diinginkan, meski hanya sebagai tukang sapu di jalanan.

Untuk menjadi pembantu rumah tangga, tak ada keluarga yang mau menampung karena merasa jijik terhadap mantan penderita kusta ini. Untuk menjadi tukang sapu, ia pun memiliki keterbatasan karena tidak punya kaki.

Satu-satunya peluang yang dipikirkan Bu Rahmah saat ini adalah jualan kecil-kecilan di kampungnya. Untuk itu, Bu Rahmah memerlukan dana 10 juta untuk membeli kaki palsu Rp 4 juta dan modal usaha Rp 6 juta.

Dengan memacu sepeda motor selama 2,5 jam, dua relawan IDC menempuh jarak sekitar 100 KM dari Bekasi ke Tangerang menuju rumah Bu Rahmah. Setelah bincang-bincang sejenak di teras rumah, Relawan IDC pun membawa Bu Rahma ke Organ Prosthetic, pabrik dan bengkel kaki palsu untuk diukur dan dibuatkan kaki palsu yang pas.

Di awal tahun baru hijriyah ini, mari bantu Bu Rahmah untuk mewujudkan cita-citanya, hijrah dari kaum peminat-minta menjadi munfiqin (penginfaq). Bila pembaca terpanggil untuk mewujudkan cita-cita Bu Rahmah, silahkan transfer donasi ke rekening Infaq Dakwah Club (IDC) Voa Islam:

  • Bank Muamalat Indonesia (BMI),  No.Rek. 0132465841 a/n Budi Haryanto
  • Bank Syariah Mandiri (BSM),  No.Rek: 0120043587 a/n Budi Haryanto
  • Bank Mandiri, No.Rek: 0060006012623 a/n Budi Haryanto
  • BCA (Bank Central Asia),  No.Rek: 6310230497 a/n Budi Haryanto

CATATAN:

  • Demi kedisiplinan amanah agar tidak bercampur dengan dana lainnya, tambahkan nominal Rp 3.000 (tiga ribu rupiah). Misalnya: Rp 1.003.000,- Rp 503.000,- Rp 203.000,- Rp 103.000,-dan seterusnya.
  • Bila dana pembelian kaki palsu dan biaya modal usaha sudah tercukupi, maka dana dialihkan kepada program DINAR IDC lainnya.
  • Info dan konfirmasi: Mumtaz (08999.704050).
  • Laporan penyaluran dana akan disampaikan secara online di: idc.voa-islam.com.

Dengan membantu saudara sesama Muslim yang sedang dalam kesulitan, insya Allah akan mendatangkan barakah, pertolongan dan kemudahan  di dunia dan akhirat. Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa menghilangkan kesulitan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat. Barang siapa memudahkan orang yang tengah dilanda kesulitan, maka Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat...” (HR Muslim). [A Ahmad Jundullah]